DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah suatu layanan yang memberikan alamat IP secara otomatis. Server DHCP adalah komputer dimana layanan tsb di-instal. Alamat IP diberikan secara otomatis kepada komputer yang terhubung dengan jaringan yang sama dengan server DHCP.
Salah satu fitur router Mikrotik adalah bahwa router dapat berfungsi sebagai server DHCP. Artikel ini akan menyajikan simulasi instalasi server DHCP di router Mikrotik.
Simulasi ini memakai teknologi virtualisasi. Software virtualisasi yang dipakai adalah VirtualBox dan versi router Mikrotik yang dipakai adalah CHR (Clouded Hosted Router)
Berikut adalah diagram simulasi:
Keterangan diagram
- VM1, VM2 dan DHCP-Server adalah komputer virtual
- Komputer VM1/VM2 harus dikonfigurasi bahwa alamat IP keduanya akan ditentukan secara otomatis
- Ketika VM1/VM2 dinyalakan, VM1/VM2 akan diditeksi oleh komputer DHCP-Server dan kemudian VM1/VM2 akan mendapat alamat IP, misal 10.10.1.12
- Jika VM1/VM2 dinyalakan dilain waktu, VM1/VM2 akan otomatis mendapatkan alamat IP lagi, tapi mungkin dengan alamat IP yang berbeda, misal 10.10.1.36
- Host dipakai untuk melakukan pengaturan router Mikrotik
Berikut adalah langkah-langkah simulasi:
- Pengaturan komputer virtual
- Menghubungkan Winbox ke router Mikrotik
- Instalasi server DHCP
- Pengujian
- Analisa “Lease Time”
- Menjadikan alamat IP dinamis menjadi alamat IP statis
- Pengaturan komputer virtual
- Teknologi virtualisasi yang digunakan adalah VirtualBox
- Buat tiga komputer virtual
- Pengaturan “Mikrotik”
- Diperlukan tiga adapter
- Tipe network: Bridge
- Hasil akhir
- Pengaturan “VM1”
- Diperlukan 1 adapter
- Tipe network: Bridge
- Pengaturan “VM2”
- Diperlukan 1 adapter
- Tipe network: Bridge
- Jalankan semua komputer virtual
- Menghubungkan Winbox ke Mikrotik
- Logon ke router, kemudian atur alamat IP interface “ether2” ke “192.168.1.31/24”
- Dari komputer Host, buka program Winbox, kemudian hubungkan ke “192.168.1.31”
- Instalasi server DHCP
- Atur alamat IP dari interface “ether1” ke “10.10.1.100/24”
- Buka menu “DHCP Server”
- Buka menu “DHCP Setup”
- Pilih interface yang akan terhubung dengan komputer client. Sesuai diagram, pilih “ether1”
PENTING:
Di router Mikrotik ini terdapat dua interface yang terinstall. Satu interface untuk konfigurasi Mikrotik, satu interface lagi untuk dipakai sebagai server DHCP - Nilai DHCP Address Space akan otomatis diberi nilai sesuai dengan alamat jaringan dari “ether1”
“10.10.1.0/24” artinya rentang alamat IP yang akan diberikan ke komputer client adalah mulai dari 10.10.1.1/24 sampai 10.10.1.254/24 - Alamat IP “ether1” akan otomatis dijadikan default Gateway
- Karena alamat IP 10.10.1.100 dipakai untuk Gateway, maka akan ada kelompok alamat IP untuk diberikan ke komputer client, yaitu alamat IP sebelum 10.10.1.100 dan sesuah 10.10.1.100
Di simulasi ini, saya akan menggunakan kelompok alamat IP yang pertama. Karena tidak terpakai, kelompok alamat IP kedua dihapus dengan cara meng-klik tanda panah keatas. Berikut adalah keadaan akhir: - Berikutnya adalah pengaturan DNS. Lewat dulu proses ini karena tidak berpengaruh pada tujuan simulasi.
- Berikutnya adalah pengaturan Lease Time. Lease Time adalah durasi (seberapa lama) suatu alamat IP akan dipakai oleh komputer client. Nilai “00:02:00” adalah nilai default dari Mikrotik
“00:02:00” artinya:- Ketika komputer client terhubung ke jaringan, dia akan menerima alamat IP, misal 10.10.1.55
- Jika setelah 2 menit si komputer client masih terhubung ke jaringan, maka dia akan tetap memakai alamat IP 10.10.1.55
- Jika setelah 2 menit si komputer client tidak terdeteksi lagi di jaringan (maksudnya terputus dari jaringan), maka alamat IP 10.10.1.55 bisa diberikan ke komputer client lain. Dengan kata lain, jika si komputer client terputus dari jaringan antara 00:00:00 dan 00:02:00, maka server DHCP akan menyimpan alamat IP 10.10.1.55 sampai 00:02:00
- Konfigurasi selesai
- Hasil akhir
- Pengujian
- VM1.
Alamat IP yang diberikan adalah 10.10.1.99
Alamat Gateway adalah 10.10.1.100, sesuai dengan konfigurasi sebelumnya - Tampilan di router
- VM1.
- Analisa “Lease Time”
Perhatikan percobaan dengan urutan berikut:
VM1 terhubung ke jaringan => VM1 diputus dari jaringan => VM2 terhubung ke jaringan
Mari kita bahas satu persatu:
- VM1 terhubung ke jaringan.
Ketika VM1 terhubung ke jaringan, VM1 mendapat alamat IP, yaitu 10.10.1.99. Alamat IP ini masa berlakunya hanya 2 menit, artinya akan kadaluwarsa setelah 2 menit - VM1 diputus dari jaringan
Kapan VM1 diputus dari jaringan? Atau setelah berapa lama sejak VM1 terhubung ke jaringan? Jawabnya adalah bahwa tidak ada ketentuannya, bisa diputus kapan saja. - VM2 terhubung ke jaringan
Ketika VM2 terhubung ke jaringan, VM2 mendapat alamat IP. Pertanyaannya: Berapa alamat IP-nya sehubungan dengan diputusnya VM1 dari jaringan? Jawabnya adalah ada dua kemungkinan:- Pertama, jika alamat IP VM1 (10.10.1.99) sudah kedaluwarsa dan sudah dihapus dari daftar alamat IP di server DHCP, maka alamat IP ini bisa diberikan kepada VM2. Contoh situasinya adalah jika VM1 diputus pada 00:01:00, kemudian VM2 tersambung pada 00:10:00. Tapi pada uji coba ini, VM2 tetap diberikan alamat IP baru walaupun alamat IP 10.10.1.99 sudah dihapus dari daftar alamat IP:
- Kedua, jika alamat IP VM1 belum kedaluwarsa, sehingga VM2 diberi alamat IP baru, yaitu 10.10.1.98.
PENTING:
Walaupun komputer VM1 sudah terputus dari jaringan, tapi alamat IP nya masih tertulis di tabel karena alamat IP-nya belum kedaluwarsa
- VM1 terhubung ke jaringan.
- Menjadikan alamat IP dinamis menjadi alamat IP statis
Dalam beberapa kasus, alamat IP statis lebih cocok digunakan daripada alamat IP dinamis, misal untuk database server dan web server. Implementasi IP statis dapat dilakukan dengan melakukan pengaturan alamat IP langsung di komputer. Cara lainnya adalah dengan melakukan pengaturan di DHCP server router, yaitu dengan merubah alamat IP dinamis menjadi alamat IP statis.
Contoh berikut adalah langkah-langkahnya:
- Tandai alamat IP 10.10.1.99 yang akan dijadikan alamat IP statis. Klik “Make Statis”
- Detil dari alamat IP
Saya dapat tetap memakai alamat IP 10.10.1.99, atau merubahnya ke alamat IP yang lain. Di percobaan ini, saya memakai alamati IP yang baru, yaitu 10.10.1.50:
Klik “OK” untuk menyimpan - Di table “DHCP Server”, alamat IP baru tercatat
- Pengujian
Di table, alamat IP 10.10.1.50 adalah milik komputer VM1.
Matikan komputer VM1, sekarang status alamat IP 10.10.1.50 menjadi “waiting”. Karena alamat IP statis tsb sudah terdaftar untuk komputer VM1, maka alamat IP tsb akan tetap ada di tabel walaupun komputer VM1 sedang tidak terhubung ke jaringan.
Kemudian hidupkan lagi komputer VM1. Status dari alamati 10.10.1.50 berubah menjadi “bound”
- Tandai alamat IP 10.10.1.99 yang akan dijadikan alamat IP statis. Klik “Make Statis”